Empat Bersaudara
Sri Rusminati
Minggu, 29 September 2013
Minggu, 28 April 2013
Menulis Itu Mudah
MENULIS ITU MUDAH DAN BERMANFAAT
ARTIKEL
Disusun guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Karya
Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu:
M. Rikza Chamami,MSI
Disusun Oleh :
Disusun
oleh :
Sri
Rusminati (113511073)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
Menulis itu
Mudah dan Bermanfaat
Menulis merupakan
hal yang tidak asing lagi bagi kita, mulai dari menulis tulisan sederhana
seperti menulis pada buku harian, membuat puisi, cerpen dan prosa sampai
menulis karya yang bersifat ilmiah. Menulis adalah kegiatan menuangkan apa yang
ada di pikiran kita ke dalam media tulis (kertas atau media lain yang dapat
digunakan sebagai media tulis). Menulis adalah
kegiatan yang mudah dan menyenangkan. Namun, sebagian orang menganggap kegiatan
menulis itu tidak mudah. Mereka terkadang mengeluh dan mengalami kesulitan
ketika menulis dengan alasan karena tidak tahu
harus menulis apa, tidak dapat menggunakan ejaan dengan tepat, kurangnya
perbendaharaan kata serta tidak tahu harus mengawali menulis dangan kalimat
apa. Zuhrotus, salah satu mahasiswi IAIN Walisongo Semarang angkatan 2011
mengatakan bahwa menulis itu susah karena membutuhkan pemikiran-pemikiran yang
tidak mudah tentang apa yang akan ditulis. Banyak juga yang mengatakan bahwa menulis itu dipengaruhi oleh bakat
menulis yang dimiliki seseorang sejak ia dilahirkan. Pendapat ini tidak
sepenuhnya benar.
Para pengembang kurikulum percaya, keterampilan menulis bisa
dipelajari, tidak murni merupakan bakat. Unsur bakat dalam menulis hanya 5%
saja. Selebihnya (95%) adalah proses belajar. Tidak percaya? Sebut saja penulis
handal seperti Arwendo Atmowiloto, Goenawan Mohammad, William Chang, Bondan
Winarno, Christianto Wibisono, Moh. Sobary, Parakitri Tahi Simbolon, Andrias
Harefa, atau Wimar Witoelar, mereka tidak dititisi darah menulis dari orang tua.
Mereka menekuni sendiri dunia tulis, tanpa sekolah khusus untuk itu. Mereka
berlatih, sembari melihat, memetik sendiri ilmu menulis usai membaca karya
tulis orang lain (R.Masri Sarep Putra,2008:10)
Menurut
Drs.Pranowo, M.Pd, dkk, dalam bukunya yang berjudul Teknis Menulis Makalah
Seminar, dijelaskan bahwa keterampilan menulis menyangkut dua aspek yaitu
keterampilan ragawi dan keterampilan pemahaman (comprehensions skill atau
keterampilan kognitif). Selain itu, juga disebutkan alasan-alasan tentang
ketidakmampuan menulis pada seseorang yaitu:
a.
Belum
dikuasainya kemampuan memilih masalah yang layak untuk ditulis
b.
Belum
dikuasainya kemampuan
membatasi masalah yang akan ditulis
c.
Belum
dikuasainya mengembangkan masalah yang akan ditulis
d.
Kesulitan
menemukan bacaan atau referensi yang relevan dengan masalah yang akan ditulis
e.
Belum
dimilikinya kebiasaan mengungkapkan gagasan secara sistematis mempergunakan
bahasa tulis, karena
yang dipelajari bukan kemahiran menulis tetapi teori menulis
Setiap orang tentu
bisa menulis apabila mempunyai kemauan yang kuat, bersungguh-sungguh, rajin
berlatih dan mau merealisasikan kemauan tersebut. Sebab, bila kita sudah
mempunyai kemauan atau niatan kuat untuk bisa menulis tapi kita hanya diam saja
tanpa merealisasikannya, maka tidak akan membuahkan hasil apapun dan hanya
merupakan angan-angan belaka bagi diri seseorang. Berlatih menulis itu dapat
diibaratkan ketika kita berlatih untuk bisa mengendarai sepeda, takut terjatuh,
menabrak sesuatu atau khawatir akan terjadi kejadian yang buruk menimpa kita. Tetapi
apabila terus berusaha untuk bisa, tekun, serta loyal, pada akhirnya kita pun
dapat mengendarai sepeda. Begitulah gambaran orang yang menulis, kadang
khawatir tulisannya akan ditolak, dicemooh
atau disalahkan. Padahal apa yang dikhawatirkan tadi belum tentu terjadi. Maka
dari itu, kita harus melawan kekhawatiran itu dengan selalu berusaha dan tidak
mudah putus asa, sehingga menulis itu akan menjadi suatu kegiatan yang mudah
dan menyenangkan. Dengan demikian, menjadi terang bahwa modal utama menulis
bukanlah sepenuhnya bakat. Dan orang yang menganggap menulis itu sulit karena
mereka tidak mau mencoba menulis, kurangnya kesungguhan dalam menulis, dan
tidak mampu mengalahkan sifat kemalasan berpikir.
Menulis bukanlah pekerjaan membuat laporan dari gundukan
catatan-catatan yang dikumpulkan (Booth,dkk,1995) melainkan untuk mengembangkan
apa yang hendak dibahas dari catatan itu. Dalam mengembangkan ide atau gagasan
yang ada di pikiran kita menjadi sebuah
tulisan terkadang mengalami kesulitan untuk merangkai kata menjadi kalimat atau
menentukan diksi yang disebabkan oleh kurangnya perbendaharaan kata dan
pengetahuan yang lebih luas tentang hal
yang sedang ditulis. Namun, kita dapat mengatasinya dengan banyak membaca
buku-buku, mengikuti seminar, atau melihat dan memahami peristiwa-peristiwa
yang terjadi di sekitar lingkungan kita. Dan di antara sekian cara, yang paling
mudah kita lakukan adalah dengan membaca.
Menulis erat kaitannya dengan membaca. Keduanya selalu serangkai, bagaikan
kepingan mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Membaca menjadikan
seseorang mampu menyerap pengetahuan dari apa yang dibacanya. Kemudian
pengetahuan itu jika ingin dibagi-bagi, disosialisasikan dan diterapkan
memerlukan media penyampaian melaluui tulisan. Yang lebih hakiki lagi bagi
seorang penulis dengan membaca ialah seperti apa yang dikatakan oleh Lord
Briyon,”A drop of ink may make a million think” (setetes tinta dapat
menjelma menjadi sejuta pemikiran). Oleh karena itu, membaca sangat penting
untuk menyibak cakrawala dan memberi kemudahan berfikir dalam menulis.
Dengan membaca seseorang tidak hanya mendapatkan pencerahan tetapi
juga memperoleh inspirasi dari apa yang kita baca. Pencerahan dan inspirasi tersebut kemudian
diolah, disistematiskan, dikemas ke dalam sebuah tulisan yang menarik dan layak
jual. Tetapi bukan berarti seorang penulis boleh mengalihkan begitu saja, atau
meniru apa yang dibacanya dalam tulisannya. Bahan-bahan bacaaan atau
sumber-sumber harus diolah kembali. Jika menggutip suatu pernyataan, pendapat, atau
hasil penelitian orang lain sumbernya wajib disebut. Adapun beberapa alasan
mengapa sumber pernyataan harus disebutkan,antara lain:
1. Apabila
pernyataan orang lain yang dikutip itu salah, kesalahan tetap menjadi tanggung jawab pemilik
pernyataan
2. Agar persyataan
yang dikemukakan oleh penulis benar-benar terbukti, bukan rekaan penulis, tetapi benar-benar di dukung oleh bukti-bukti
yang lain
3. Sebagai
etika untuk menghargai jerih payah orang lain (Pranowo,2011:56)
Menulis mempunyai banyak
manfaat, baik bagi diri sendiri maupun
orang lain. Dengan adanya kegiatan menulis, kita dapat mengekspresikan diri,
berkomunikasi dengan orang lain, serta menyampaikan ide dan gagasan. Selain
itu, menulis juga akan melatih kita untuk memecahkan permasalahan-permasalahan
yang timbul, baik dalam kancah keilmuan maupun permasalahan sosial yang
dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga daya pikir kita terus terarah dan
pemikiran kritis kita semakin tajam dan terlatih.
Menurut Sutanto Leo,dalam bukunya yang berjudul Kiat Jitu
Menulis & Menerbitkan Buku menjelaskan tentang manfaat yang dapat kita
peroleh dari menulis di antaranya:
1.
Membiasakan diri berpikir sistematis
Pada waktu menulis, seseorang penulis yang sekaligus berperan
sebagai editor akan melakukan pembacaan (pemeriksaan) ulang sampai bahasa dan
susunan substansi karangan mudah dipahami oleh pembaca sehingga pikiran kita
pun dituntut untuk berpikir sistematis.
2.
Menulis
adalah membagikan keahlian
Apabila kita mempunyai ilmu pengetahuan atau keterampilan sebaiknya
kita memberikan dan mewarisknnya kepada orang lain, dan salah satunya dengan
menuangkannya ke dalam sebuah tulisan yang nantinya akan bermanfaat bagi orang
lain. Sebab, bila kita tidak menulis, ilmu pengetahuan, keterampilan, atau
keahlian yang kita miliki hanya dapat dibagikan dengan cara tatap muka seperti
mengajar, melatih, melakukan workshop atau lokakarya, seminar, dan
sebagainya. Hal ini akan terhenti ketika kita sudah tidak aktif lagi. Kita tidak
bisa membagikan lagi ilmu yang kita
miliki.
3.
Menulis
adalah aktivitas yang menyehatkan
Sering kita menerima nasihat agar menyalurkan depresi atau stress,
kekecewan dan kemurungan kita dengan hal-hal yang positif. Dan salah satunya
yaitu dengan menulis. Dengan menulis, kita dapat mengungkapkan atau menuangkan
apa yang menjadi keluhan kita dan setidaknya sebagian energi negatif keluar
dari tubuh kita. Sehingga secara tidak
langsung menulis dapat mencegah stress yang bisa menimbulkan berbagai penyakit
bagi tubuh.
4.
Menulis
menghindarkan kita dari aktivitas negatif
Seorang penulis dituntut untuk banyak membaca, meringkas,
menyimpulkan dan mengungkapkan kembali apa yang sudah dibacanya. Kesibukan
membaca dan menulis menyita waktu. Bahkan seorang penulis yang idenya sedang
mengalir deras pun bisa jadi keasyikan dan lupa waktu, tetapi tidak berarti dia
lalu melupakan kewajiban-kewajiban lainnya. Jadi,
seorang penulis tidak akan menyia-myiakan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang
tidak bermanfaat.
Selain manfaat yang telah dijelaskan tadi, menulis juga dapat
mendatangkan sesuatu yang lebih bagi kita, misalnya pengakuan, kemasyhuran dan
uang. Hal ini dapat teerwujud jika tulisan kita diterbitkan dalam bentuk buku
atau sering mengirimkan tulisan kita ke majalah, surat kabar atau media masa
lainnya. Untuk itu, kita harus mengembangkan keterampilan menulis, demi membuat
tulisan bukan hanya sekedar tulisan, tetapi tulisan yang memiliki daya jual. Sangat
menyenangkan jika kita bisa menulis tidak hanya mendapat manfaat secara moril
tetapi juga materil jika kita memperoleh tambahan penghasilan dari menulis.
.
Biodata Penulis
Nama : Sri Rusminati
NIM : 113511073
Jurusan : Tadris Matematika
TTL : Kebumen, 25 Desember 1992
Pendidikan : 1. SDN
Blengor Wetan lulus tahun 2005
2. SMP Negeri 1 Mirit lulus tahun 2008
3. SMK Batik Sakti 2 Kebumen lulus tahun 2011
Alamat : Blengor Wetan Rt 07/Rw 0 4
Ambal Kebumen
Nomor
HP : 083867945070
E-mail : sri.rusminati@yahoo.co.id
Kamis, 25 April 2013
Kepemimpinan dan Kepemimpinan dalam Pendidikan
KEPEMIMPINAN
DAN KEPEMPINAN DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Dasar-dasar Manajemen Pendidikan
Dosen
Pengampu : Drs. Jasuri, M. Pd.
Oleh :
Sri
Rusminati (113511073)
Ita
Uzzakiyah (113711001)
Anita
Nadiroh (113711021)
Intan Rizkia F (1137110)
Nur Fitri Annisa (113711031)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Kepemimpinan
merupakan inti dari manajemen karena
kepemimpinan merupakan motor penggerak dari semua sumber-sumber dan alat-alat
yang tersedia bagi suatu organisasi. Perilaku pemimpin harus dapat mendorong
kinerja para anggotanya dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh
pertimbangan terhadap para anggotanya, baik sebagai individu maupun kelompok.
Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan
memotivasi individu untuk bekerjasama dalam kelompok dalam mewujudkan tujuan
organisasi. Dalam kepemimpinan
terdapat beberapa pengertian, gaya, sifat-sifat, peranan, dan cara pengambilan
keputusan yang efektif pada suatu
organisasi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkenan
dengan kepemimpinan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian kepemimpinan?
B.
Bagaimana
gaya kepemimpinan dan kepemimpinan pendidikan?
C.
Apa
saja sifat-sifat kepemimpinan?
D.
Bagaimana
peranan kepemimpinan?
E.
Bagaimana
cara pengambilan keputusan kepemimpinan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan pokok dari keinginan manusia yang sangat kuat untuk menggerakkan
potensi organisasi. Kepemimpinan juga salah satu penjelas yang paling populer
untuk keberhasilan atau kegagalan dari suatu organisasi. Artinya faktor penentu
utama keberhasilan dan kegagalan organisasi sekolah atau institusi pendidikan
adalah kepemimpinannya.
Menurut Sutisna (1993) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam
usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu[1].
Sedangkan Wirawan (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pemimpin
menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma
dan sebagainya perlu diubah sesuai dengan tuntutan tersebut. Teori kepemimpinan
menurut Fred Fieldler (1970) dari pengikut
untuk merealisasi visi[2].
Definisi pemimpin itu sendiri adalah individu di suatu kelompok yang memberikan
tugas-tugas pengarahan dan pengkoordinasian yang relevan dengan
kegiatan-kegiatan kelompok.
Dari definisi tersebut kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga
hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya
pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut
berinteraksi.
B.
Gaya
Kepemimpinan
Seorang pemimpin antara yang satu yang lain
tentu berbeda baik dalam pengalaman, pendidikan, kondisi lingkungan,
kepribadian dan sebagainya.
Menurut Bill Woods ada tiga gaya kepemimpinan
yaitu;
1.
Otokratis,
yaitu pemimpin membuat keputusan sendiri karena kekuasaan terpusatkan dalam
diri satu orang, ia memikul tanggung jawab dan wewenang penuh.
2.
Demokratis,
yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik
perhatian mereka dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu.
3.
Kendali
bebas, yaitu pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan, kelompok dapat
mengembangkan sasaranya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri,
pengarahannya tidak ada atau hanya sedikit.[3]
Para peneliti
juga telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan dalam hubunganya
dengan bawahan yaitu
1.
Gaya
dengan orientasi tugas ( task-oriented)
Manajer
berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi
bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai
yang diinginkanya.
2.
Gaya
dengan orientasi karyawan (employee-oriented)
Manajer
berorientasi karyawan mencoba untuk
memotivasi bawahan dibanding
mengawasi mereka.[4]
Menilai penampilan pemimpin bergantung pada
penetapan kriteria-kriteria untuk
keberhasilan dalam memimpin. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan dalam
pendidikan disesuaikan dengan kriteria penilaian yang menggambarkan apakah
semua intrumen manajemen menunjukan kualitas yang diharapkan, jika tidak maka
gaya yang diterapkan itu mengungkapkan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas
dan yang berorientasi hubungan manusia, mampu bertindak secara efektif dalam suatu kelompok berdasarkan pada
ketetapan kondisi dan gaya kepemimpinan yang mereka dukung.
Gaya kepemimpinan yang ideal adalah
menggunakan gaya yang ada sebaik mungkin pada situasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja
kepemimpinan itu sendiri. Hal ini berarti situasilah yang mungkin menentukan
gaya apa yang digunakan, karenanya tidak mungkin menerapkan satu gaya secara
konsisten.
C.
Sifat-sifat kepemimpinan
Setiap
orang yang diangkat sebagai pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya daripada orang-orang yang dipimpin. Masing-masing orang mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Dalam keadaan dan waktu tertentu kelebihan-kelebihan yang dimiliki seseorang
dapat dipergunakan untuk bertindak sebagai pemimpin. Akan tetapi, tidak semua
orang dapat menggunakan kelebihannya itu untuk memimpin.
Untuk menjadi
pemimpin diperlukan syarat-syarat dan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang
pemimpin. Syarat-syarat dan sifat-sifat pemimpin berbeda-beda menurut golongan
dan fungsi jabatan yang dipegangnya. Meskipun
demikian, di samping syarat-syarat yang kusus berlaku dan diperlukan bagi
jenis-jenis lembaga atau organisasi tertentu, banyak syarat dan sifat umum yang
berlaku dan diperlukan bagi hampir semua jabatan kepemimpinan.
Suatu konsep yang diharapkan dimiliki oleh
pemimpin yang baik yaitu seperti dikemukakan oleh Suprapto pada permulaan
memangku jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta mendasarkan uraiannya kepada
asas kepemimpinan yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, yaitu: ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Dari asas kepemimpinan
tersebut diturunkannya 17 sifat kepemimpinan yang semuanya dimulai dengan huruf
“t” yaitu[5]:
1.
Takwa,
2.
Taat,
3.
Temen
(jujur),
4.
Tekun,
5.
Trampil,
6.
Tanggap,
7.
Trengginas,
8.
Tegas,
9.
Tangguh,
10.
Tanggon,
11.
Terbuka,
12.
Toleran,
13.
Teliti,
14.
Tertib,
15.
Tepo
seliro,
16.
Tanpa
pamrih,
17.
Tanggung
jawab.
Setelah
mengetahui sifat-sifat kepemimpinan yang baik secara umum, ada pula beberapa
sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan, diantaranya:
1.
Rendah
hati dan sederhana
2.
Bersifat
suka menolong
3.
Sabar
dan memiliki kestabilan emosi
4.
Percaya
pada diri sendiri
5.
Jujur,
adil dan dapat dipercaya
6.
Keahlian
dalam jabatan
Selain adanya sifat-sifat kepemimpinan yang
telah diuraikan di atas, bahwa kepeminpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan
dan kemampuan saja, tetapi juga pada kemauan dan kesediaan.
D.
Peranan
kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah fondasi terpenting dalam
sebuah organisasi. Kepemimpinan
berbicara tentang bagaimana seseorang dapat mempengaruhi dan menginspirasi
orang lain dan bagaimana seseorang bisa membuat orang lain mau belajar dan
bekerja ekstra dengan ikhlas.
Banyak orang
mengatakan kemampuan memimpin berhubungan dengan bakat, tetapi kepemimpinan
adalah keterampilan yang perlu dilatih bukan hanya dipelajari ilmu dan
teorinya.Seorang pemimpin berbeda dengan manajer meskipun keduanya sama-sama
memahami bisnis organisasinya dengan baik. Seorang pemimpin bertanggung jawab dalam
menciptakan visi organisasi, konsep bisnis, rencana serta program target untuk
mencapai organisasi sementara manajer bertanggung jawab dalam penerapan dan
pencapaiannnya.
Ada pebedaan mendasar antara pemimpin dan
manajer seperti yang sering kita dengar manager “does thing right, a leader
does the right things” manajer membuat pekerjaan menjadi efisien sedangkan
pemimpin membuat pekerjaan menjadi efektif. Manajemen berbicara bagaimana
sedangkan kepemimpinan berbicara tentang apa dan mengapa kepemimpin melakukan
inovasi sementara manjemen menerapkan aturan manajemen berhubungan dengan
sistem, kontrol, prosedur, struktur serta kebijakan sedangkan kepemimpinan
berbicara tentang manusia dan kepercayaan. Kepemimpinan bersifat kreatif,
adaptif dan berhubungan dengan ketangkasan. Kepemimpinan melihat jauh ke depan dan dari luar
organisasi, bukan hanya permukaan dan di dalam organisasi. Secara singkat, ada
lima peranan penting seorang pemimpin yaitu:
1.
Menciptakan
visi
Seorang pemimpin bertugas membuat visi untuk organisasinya.Visi
harus bisa menyatukan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan
proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Visi akan membantu pemimpin dan anggotanya dalam menghadapi tantangan
dalam organisasi.
2.
Membangun
anggota
Seorang pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang
tepat untuk mengisi posisi yang tepat agar tidak sampai salah memilih anggota,
tidak ada salahnya jika pemimpin meluangkan waktu untuk mewawancarai calon karyawan yang akan di rekrutnya.
3.
Mengalokasikan
tugas
Pemimpin yang baik dapat menganalisa anggota timnya dan
menempatkan orang yang mumpuni pada
posisi yang tepat sesuai dengan kompetensinya. Pemimpin yang baik akan
mengalokasikan tugas bagi anggotanya sesuai dengan keahlian dan minat mereka
masing-masing.
4.
Mengembankan
orang
Perubahan jaman, jika dulu banyak orang yang setia
bekerja di suatu tempat selama bertahun-tahun. Tetapi sekarang banyak orang
yang tidak ragu untuk pindah dan mencari pekerjaan baru karena merasa tidak bisa berkembang jika
tetap bekerja di suatu tempat. Seorang pemimpin harus memahami hal tersebut dan
ia harus pandai membaca potensi orang-orang yang akan dipimpinnnya, serta
mengembankan kemampuan dan nilai mereka.
5.
Memotivasi
anak buah
Anggota tim yang bersemangat adalah kekuatan bagi
organisasi yang sehat.Untuk menjaga semangat anggota tim, pemimpin harus dapat
menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Jika anggota bersemangat pasti mau bekerja keras dan
berusaha maksimal demi mencapai target dan kesuksesan organisasi.
E.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan
merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Setiap mengambil
keputusan harus bertanggung jawab terhadap resiko atas keputusan yang
diambilnya.
Berikut ini
beberapa pengertian mengenai pengambilan keputusan menurut beberapa tokoh;
1)
G.R.
Terry
Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai “pemilihan
alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2)
Theo
Haiman
“Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu
pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat suatu keputusan
sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang
paling efektif, berarti penempatan untuk
mencapai sasaran dan pemecahan masalah”.
3)
Drs.
Malayu S.P. Hasibuan
“Pengambil keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang
terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktivitas-aktivitas pada masa
yang akan datang”.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses
bagaimana menetapkan suatu keputusan yang terbaik, logis, rasional, dan ideal
berdasarkan fakta, data, dan informasi dari sejumlah alternatif untuk mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan resiko terkecil, efektif, dan
efisien untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang. [6]
Prosedur pengambilan keputusan:
a)
Pemimpin
harus mengetahui secara jelas masalah yang akan diputuskan dengan merumuskan
dan menganalisisnya secara cermat.
b)
Mengumpulkan
data, informasi, dan fakta yang ada relevansinya dengan masalah yang akan
diputuskan.
c)
Mengevaluasi
dan menganalisis data, informasi, dan fakta yang telah dikumpulkan.
d)
Menetapkan
sejumlah alternatif keputusan yang akan diambil
e)
Mengembangkan
dan mengimplementasikan alternatif pilihan yang ada.
f)
Memilih
keputusan yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.
g)
Menetapkan
suatu keputusan menjadi tindakan yang efektif dan efisien.
h)
Keputusan
harus diinformasikan untuk ditaati dan dilaksanakan menjadi tindakan yang nyata
dan mengikat bagi semua anggota.[7]
IV.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
A.
Kepemimpinan
dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya
pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok
tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
B.
Menurut
Bill Woods ada tiga gaya kepemimpinan yaitu; otokratris, demokratis, dan kendali
bebas. Selain itu, gaya kepemimpinan berdasarkan hubunganya dengan bawahan yaitu gaya dengan
orientasi tugas dan orientasi karyawan. Gaya kepemimpinan yang ideal adalah
menggunakan gaya yang ada sebaik mungkin pada situiasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja
kepemimpinan itu sendiri. Hal ini berarti situasilah yang mungkin menentukan
gaya apa yang digunakan, karenanya tidak mungkin menerapkan satu gaya secara
konsisten.
C.
Sifat-sifat
kepemimpinan yang diperlukan dalam
pendidikan antara lain: rendah hati dan sederhana, suka menolong, sabar dan
memiliki kestabilan emosi, percaya pada diri sendiri, jujur, adil, dan dapat
dioercaya, serta ahli dalam jabatan.
D.
Ada
lima peranan penting seorang pemimpin yaitu: menciptakan visi, membangun
anggota, mengalokasikan tugas, mengembangkan orang dan memotivasi anak buah.
E.
Pengambilan
keputusan adalah proses bagaimana menetapkan suatu keputusan yang terbaik,
logis, rasional, dan ideal berdasarkan fakta, data, dan informasi dari sejumlah
alternatif untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan resiko
terkecil, efektif, dan efisien untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang .
Adapun prosedur dalam mengambil keputusan yaitu:
a.
Pemimpin
harus mengetahui secara jelas masalah yang akan diputuskan dengan merumuskan dan
menganalisisnya secara cermat
b.
Mengumpulkan
data, informasi, dan fakta yang ada relevansinya dengan masalah yang akan
diputuskan
c.
Mengevaluasi
dan menganalisis data, informasi, dan fakta yang telah dikumpulkan
d.
Menetapkan
sejumlah alternatif keputusan yang akan diambil
e.
Mengembangkan
dan mengimplementasikan alternatif pilihan yang ada
f.
Memilih
keputusan yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada
g.
Menetapkan
suatu keputusan menjadi tindakan yang efektif dan efisien
h.
Keputusan
harus diinformasikan untuk ditaati dan dilaksanakan menjadi tindakan yang nyata
dan mengikat bagi semua anggota
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun. Kami amenyadari bahwa
makalah ini masih menerima upaya
penyempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
[1] Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002). hlm. 107
[2] M. Ngaliman
Purwanto. Administrasi dan Supevisi Pendidika. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 1995), hlm. 27
[3] Saiful Sagala. Administrasi Pendidikan
Kontemporer. (Bandung: Alfabeta. 2006).
hlm. 151
[4]
T. Tani Handoko. Manajemen.
(Yogyakarta: BPFE. 1992). hlm. 299
[6] Malayu Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta: Bumi Aksara. 2009). hlm. 54-55
[7] Malayu Hasibuan. Manajemen: Dasar,
Pengertian, dan Masalah. (jakarta: Bumi Aksara. 2009). hlm. 61
Langganan:
Postingan (Atom)