Minggu, 28 April 2013

Menulis Itu Mudah


MENULIS ITU MUDAH DAN BERMANFAAT
ARTIKEL
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami,MSI






 



Disusun Oleh :







Disusun oleh :
Sri Rusminati (113511073)



FAKULTAS  TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011


Menulis itu Mudah dan Bermanfaat
            Menulis merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita, mulai dari menulis tulisan sederhana seperti menulis pada buku harian, membuat puisi, cerpen dan prosa sampai menulis karya yang bersifat ilmiah. Menulis adalah kegiatan menuangkan apa yang ada di pikiran kita ke dalam media tulis (kertas atau media lain yang dapat digunakan sebagai media tulis). Menulis adalah kegiatan yang mudah dan menyenangkan. Namun, sebagian orang menganggap kegiatan menulis itu tidak mudah. Mereka terkadang mengeluh dan mengalami kesulitan ketika menulis dengan alasan karena tidak tahu  harus menulis apa, tidak dapat menggunakan ejaan dengan tepat, kurangnya perbendaharaan kata serta tidak tahu harus mengawali menulis dangan kalimat apa. Zuhrotus, salah satu mahasiswi IAIN Walisongo Semarang angkatan 2011 mengatakan bahwa menulis itu susah karena membutuhkan pemikiran-pemikiran yang tidak mudah tentang apa yang akan ditulis. Banyak juga yang mengatakan  bahwa menulis itu dipengaruhi oleh bakat menulis yang dimiliki seseorang sejak ia dilahirkan. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar.
Para pengembang kurikulum percaya, keterampilan menulis bisa dipelajari, tidak murni merupakan bakat. Unsur bakat dalam menulis hanya 5% saja. Selebihnya (95%) adalah proses belajar. Tidak percaya? Sebut saja penulis handal seperti Arwendo Atmowiloto, Goenawan Mohammad, William Chang, Bondan Winarno, Christianto Wibisono, Moh. Sobary, Parakitri Tahi Simbolon, Andrias Harefa, atau Wimar Witoelar, mereka tidak dititisi darah menulis dari orang tua. Mereka menekuni sendiri dunia tulis, tanpa sekolah khusus untuk itu. Mereka berlatih, sembari melihat, memetik sendiri ilmu menulis usai membaca karya tulis orang lain (R.Masri Sarep Putra,2008:10)
            Menurut Drs.Pranowo, M.Pd, dkk, dalam bukunya yang berjudul Teknis Menulis Makalah Seminar, dijelaskan bahwa keterampilan menulis menyangkut dua aspek yaitu keterampilan ragawi dan keterampilan pemahaman (comprehensions skill atau keterampilan kognitif). Selain itu, juga disebutkan alasan-alasan tentang ketidakmampuan menulis pada seseorang yaitu:
a.       Belum dikuasainya kemampuan memilih masalah yang layak untuk ditulis
b.      Belum dikuasainya kemampuan membatasi masalah yang akan ditulis
c.       Belum dikuasainya mengembangkan masalah yang akan ditulis
d.      Kesulitan menemukan bacaan atau referensi yang relevan dengan masalah yang akan ditulis
e.       Belum dimilikinya kebiasaan mengungkapkan gagasan secara sistematis mempergunakan bahasa tulis, karena yang dipelajari bukan kemahiran menulis tetapi teori menulis
            Setiap orang tentu bisa menulis apabila mempunyai kemauan yang kuat, bersungguh-sungguh, rajin berlatih dan mau merealisasikan kemauan tersebut. Sebab, bila kita sudah mempunyai kemauan atau niatan kuat untuk bisa menulis tapi kita hanya diam saja tanpa merealisasikannya, maka tidak akan membuahkan hasil apapun dan hanya merupakan angan-angan belaka bagi diri seseorang. Berlatih menulis itu dapat diibaratkan ketika kita berlatih untuk bisa mengendarai sepeda, takut terjatuh, menabrak sesuatu atau khawatir akan terjadi kejadian yang buruk menimpa kita. Tetapi apabila terus berusaha untuk bisa, tekun, serta loyal, pada akhirnya kita pun dapat mengendarai sepeda. Begitulah gambaran orang yang menulis, kadang khawatir  tulisannya akan ditolak, dicemooh atau disalahkan. Padahal apa yang dikhawatirkan tadi belum tentu terjadi. Maka dari itu, kita harus melawan kekhawatiran itu dengan selalu berusaha dan tidak mudah putus asa, sehingga menulis itu akan menjadi suatu kegiatan yang mudah dan menyenangkan. Dengan demikian, menjadi terang bahwa modal utama menulis bukanlah sepenuhnya bakat. Dan orang yang menganggap menulis itu sulit karena mereka tidak mau mencoba menulis, kurangnya kesungguhan dalam menulis, dan tidak mampu mengalahkan sifat kemalasan berpikir.
Menulis bukanlah pekerjaan membuat laporan dari gundukan catatan-catatan yang dikumpulkan (Booth,dkk,1995) melainkan untuk mengembangkan apa yang hendak dibahas dari catatan itu. Dalam mengembangkan ide atau gagasan yang ada di pikiran kita  menjadi sebuah tulisan terkadang mengalami kesulitan untuk merangkai kata menjadi kalimat atau menentukan diksi yang disebabkan oleh kurangnya perbendaharaan kata dan pengetahuan yang lebih luas tentang  hal yang sedang ditulis. Namun, kita dapat mengatasinya dengan banyak membaca buku-buku, mengikuti seminar, atau melihat dan memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungan kita. Dan di antara sekian cara, yang paling mudah kita lakukan adalah dengan membaca.
Menulis erat kaitannya dengan membaca. Keduanya selalu serangkai, bagaikan kepingan mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Membaca menjadikan seseorang mampu menyerap pengetahuan dari apa yang dibacanya. Kemudian pengetahuan itu jika ingin dibagi-bagi, disosialisasikan dan diterapkan memerlukan media penyampaian melaluui tulisan. Yang lebih hakiki lagi bagi seorang penulis dengan membaca ialah seperti apa yang dikatakan oleh Lord Briyon,”A drop of ink may make a million think” (setetes tinta dapat menjelma menjadi sejuta pemikiran). Oleh karena itu, membaca sangat penting untuk menyibak cakrawala dan memberi kemudahan berfikir dalam menulis.
Dengan membaca seseorang tidak hanya mendapatkan pencerahan tetapi juga memperoleh inspirasi dari apa yang kita baca. Pencerahan dan inspirasi tersebut kemudian diolah, disistematiskan, dikemas ke dalam sebuah tulisan yang menarik dan layak jual. Tetapi bukan berarti seorang penulis boleh mengalihkan begitu saja, atau meniru apa yang dibacanya dalam tulisannya. Bahan-bahan bacaaan atau sumber-sumber harus diolah kembali. Jika menggutip suatu pernyataan, pendapat, atau hasil penelitian orang lain sumbernya wajib disebut. Adapun beberapa alasan mengapa sumber pernyataan harus disebutkan,antara lain:
1.      Apabila pernyataan orang lain yang dikutip itu salah, kesalahan tetap menjadi tanggung jawab pemilik pernyataan
2.      Agar persyataan yang dikemukakan oleh penulis benar-benar terbukti, bukan rekaan penulis, tetapi benar-benar di dukung oleh bukti-bukti yang lain
3.      Sebagai etika untuk menghargai jerih payah orang lain (Pranowo,2011:56)
 Menulis mempunyai banyak manfaat,  baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan adanya kegiatan menulis, kita dapat mengekspresikan diri, berkomunikasi dengan orang lain, serta menyampaikan ide dan gagasan. Selain itu, menulis juga akan melatih kita untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul, baik dalam kancah keilmuan maupun permasalahan sosial yang dihadapi pada kehidupan sehari-hari. Sehingga daya pikir kita terus terarah dan pemikiran kritis kita semakin tajam dan terlatih.
Menurut Sutanto Leo,dalam bukunya yang berjudul Kiat Jitu Menulis & Menerbitkan Buku menjelaskan tentang manfaat yang dapat kita peroleh dari menulis di antaranya:
1.      Membiasakan  diri berpikir sistematis
Pada waktu menulis, seseorang penulis yang sekaligus berperan sebagai editor akan melakukan pembacaan (pemeriksaan) ulang sampai bahasa dan susunan substansi karangan mudah dipahami oleh pembaca sehingga pikiran kita pun dituntut untuk berpikir sistematis.
2.      Menulis adalah membagikan keahlian
Apabila kita mempunyai ilmu pengetahuan atau keterampilan sebaiknya kita memberikan dan mewarisknnya kepada orang lain, dan salah satunya dengan menuangkannya ke dalam sebuah tulisan yang nantinya akan bermanfaat bagi orang lain. Sebab, bila kita tidak menulis, ilmu pengetahuan, keterampilan, atau keahlian yang kita miliki hanya dapat dibagikan dengan cara tatap muka seperti mengajar, melatih, melakukan workshop atau lokakarya, seminar, dan sebagainya. Hal ini akan terhenti ketika kita sudah tidak aktif lagi. Kita tidak bisa  membagikan lagi ilmu yang kita miliki.
3.      Menulis adalah aktivitas yang menyehatkan
Sering kita menerima nasihat agar menyalurkan depresi atau stress, kekecewan dan kemurungan kita dengan hal-hal yang positif. Dan salah satunya yaitu dengan menulis. Dengan menulis, kita dapat mengungkapkan atau menuangkan apa yang menjadi keluhan kita dan setidaknya sebagian energi negatif keluar dari tubuh kita. Sehingga secara tidak langsung menulis dapat mencegah stress yang bisa menimbulkan berbagai penyakit bagi tubuh.
4.      Menulis menghindarkan kita dari aktivitas negatif
Seorang penulis dituntut untuk banyak membaca, meringkas, menyimpulkan dan mengungkapkan kembali apa yang sudah dibacanya. Kesibukan membaca dan menulis menyita waktu. Bahkan seorang penulis yang idenya sedang mengalir deras pun bisa jadi keasyikan dan lupa waktu, tetapi tidak berarti dia lalu melupakan kewajiban-kewajiban lainnya. Jadi, seorang penulis tidak akan menyia-myiakan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.
Selain manfaat yang telah dijelaskan tadi, menulis juga dapat mendatangkan sesuatu yang lebih bagi kita, misalnya pengakuan, kemasyhuran dan uang. Hal ini dapat teerwujud jika tulisan kita diterbitkan dalam bentuk buku atau sering mengirimkan tulisan kita ke majalah, surat kabar atau media masa lainnya. Untuk itu, kita harus mengembangkan keterampilan menulis, demi membuat tulisan bukan hanya sekedar tulisan, tetapi tulisan yang memiliki daya jual. Sangat menyenangkan jika kita bisa menulis tidak hanya mendapat manfaat secara moril tetapi juga materil jika kita memperoleh tambahan penghasilan dari menulis.
.
Biodata Penulis
Nama               : Sri Rusminati
NIM                : 113511073
Jurusan            : Tadris Matematika
TTL                 : Kebumen, 25 Desember 1992
Pendidikan      : 1. SDN Blengor Wetan lulus tahun 2005
  2. SMP Negeri 1 Mirit lulus tahun 2008
  3. SMK Batik Sakti 2 Kebumen lulus tahun 2011
Alamat            : Blengor Wetan Rt 07/Rw 0 4 Ambal Kebumen
Nomor HP       : 083867945070
E-mail              : sri.rusminati@yahoo.co.id



Kamis, 25 April 2013

Kepemimpinan dan Kepemimpinan dalam Pendidikan



KEPEMIMPINAN DAN KEPEMPINAN DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Dasar-dasar Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Jasuri, M. Pd.
logo IAIN walisongo
Oleh :
                                        Sri Rusminati          (113511073)
                                        Ita Uzzakiyah         (113711001)
                                        Anita Nadiroh         (113711021)
Intan Rizkia  F        (1137110)
Nur Fitri Annisa      (113711031)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012


       I.            PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan inti  dari manajemen karena kepemimpinan merupakan motor penggerak dari semua sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Perilaku pemimpin harus dapat mendorong kinerja para anggotanya dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para anggotanya, baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerjasama dalam kelompok dalam mewujudkan tujuan organisasi.    Dalam kepemimpinan terdapat beberapa pengertian, gaya, sifat-sifat, peranan, dan cara pengambilan keputusan yang efektif  pada suatu organisasi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkenan dengan kepemimpinan. 

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian kepemimpinan?
B.     Bagaimana gaya kepemimpinan dan kepemimpinan pendidikan?
C.     Apa saja  sifat-sifat kepemimpinan?
D.    Bagaimana peranan kepemimpinan?
E.     Bagaimana cara pengambilan keputusan kepemimpinan?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan pokok dari keinginan manusia yang sangat kuat untuk menggerakkan potensi organisasi. Kepemimpinan juga salah satu penjelas yang paling populer untuk keberhasilan atau kegagalan dari suatu organisasi. Artinya faktor penentu utama keberhasilan dan kegagalan organisasi sekolah atau institusi pendidikan adalah kepemimpinannya.
 Menurut Sutisna (1993) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu[1]. Sedangkan Wirawan (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya perlu diubah sesuai dengan tuntutan tersebut. Teori kepemimpinan menurut Fred Fieldler (1970) dari pengikut untuk merealisasi visi[2]. Definisi pemimpin itu sendiri adalah individu di suatu kelompok yang memberikan tugas-tugas pengarahan dan pengkoordinasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok.
 Dari definisi tersebut kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
B.     Gaya Kepemimpinan
 Seorang pemimpin antara yang satu yang lain tentu berbeda baik dalam pengalaman, pendidikan, kondisi lingkungan, kepribadian dan sebagainya.
 Menurut Bill Woods ada tiga gaya kepemimpinan yaitu;
1.      Otokratis, yaitu pemimpin membuat keputusan sendiri karena kekuasaan terpusatkan dalam diri satu orang, ia memikul tanggung jawab dan wewenang penuh.
2.      Demokratis, yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu.
3.      Kendali bebas, yaitu pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan, kelompok dapat mengembangkan sasaranya sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri, pengarahannya tidak ada atau hanya sedikit.[3]
 Para peneliti  juga telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan dalam hubunganya dengan bawahan yaitu
1.      Gaya dengan orientasi tugas ( task-oriented)
Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi  bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkanya.
2.      Gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented)
Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk  memotivasi bawahan dibanding  mengawasi mereka.[4]
 Menilai penampilan pemimpin bergantung pada penetapan kriteria-kriteria  untuk keberhasilan dalam memimpin. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan dalam pendidikan disesuaikan dengan kriteria penilaian yang menggambarkan apakah semua intrumen manajemen menunjukan kualitas yang diharapkan, jika tidak maka gaya yang diterapkan itu mengungkapkan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas dan yang berorientasi hubungan manusia, mampu bertindak secara efektif  dalam suatu kelompok berdasarkan pada ketetapan kondisi dan gaya kepemimpinan yang mereka dukung.
  Gaya kepemimpinan yang ideal adalah menggunakan gaya yang ada sebaik mungkin pada situasi  yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. Hal ini berarti situasilah yang mungkin menentukan gaya apa yang digunakan, karenanya tidak mungkin menerapkan satu gaya secara konsisten.
C.    Sifat-sifat kepemimpinan
 Setiap orang yang diangkat sebagai pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya daripada orang-orang yang dipimpin. Masing-masing orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam keadaan dan waktu tertentu  kelebihan-kelebihan yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan untuk bertindak sebagai pemimpin. Akan tetapi, tidak semua orang dapat menggunakan kelebihannya itu untuk memimpin.
Untuk menjadi pemimpin diperlukan syarat-syarat dan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Syarat-syarat dan sifat-sifat pemimpin berbeda-beda menurut golongan dan fungsi jabatan yang  dipegangnya. Meskipun demikian, di samping syarat-syarat yang kusus berlaku dan diperlukan bagi jenis-jenis lembaga atau organisasi tertentu, banyak syarat dan sifat umum yang berlaku dan diperlukan bagi hampir semua jabatan kepemimpinan.
  Suatu konsep yang diharapkan dimiliki oleh pemimpin yang baik yaitu seperti dikemukakan oleh Suprapto pada permulaan memangku jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta mendasarkan uraiannya kepada asas kepemimpinan yang dirumuskan Ki Hajar Dewantara, yaitu: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Dari asas kepemimpinan tersebut diturunkannya 17 sifat kepemimpinan yang semuanya dimulai dengan huruf “t” yaitu[5]:

1.         Takwa,                                   
2.         Taat,                           
3.         Temen (jujur),             
4.         Tekun,                        
5.         Trampil,                      
6.         Tanggap,                    
7.         Trengginas,                 
8.         Tegas,                         
9.         Tangguh,
10.     Tanggon,
11.     Terbuka,
12.     Toleran,
13.     Teliti,
14.     Tertib,
15.     Tepo seliro,
16.     Tanpa pamrih,
17.     Tanggung jawab.


Setelah mengetahui sifat-sifat kepemimpinan yang baik secara umum, ada pula beberapa sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan, diantaranya:
1.         Rendah hati dan sederhana
2.         Bersifat suka menolong
3.         Sabar dan memiliki kestabilan emosi
4.         Percaya pada diri sendiri
5.         Jujur, adil dan dapat dipercaya
6.         Keahlian dalam jabatan
 Selain adanya sifat-sifat kepemimpinan yang telah diuraikan di atas, bahwa kepeminpinan bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja, tetapi juga pada kemauan dan kesediaan.
D.    Peranan kepemimpinan.
 Kepemimpinan adalah fondasi terpenting dalam sebuah organisasi.  Kepemimpinan berbicara tentang bagaimana seseorang dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain dan bagaimana seseorang bisa membuat orang lain mau belajar dan bekerja ekstra dengan ikhlas.
Banyak orang mengatakan kemampuan memimpin berhubungan dengan bakat, tetapi kepemimpinan adalah keterampilan yang perlu dilatih bukan hanya dipelajari ilmu dan teorinya.Seorang pemimpin berbeda dengan manajer meskipun keduanya sama-sama memahami bisnis organisasinya dengan baik.   Seorang pemimpin bertanggung jawab dalam menciptakan visi organisasi, konsep bisnis, rencana serta program target untuk mencapai organisasi sementara manajer bertanggung jawab dalam penerapan dan pencapaiannnya.
 Ada pebedaan mendasar antara pemimpin dan manajer seperti yang sering kita dengar manager “does thing right, a leader does the right things” manajer membuat pekerjaan menjadi efisien sedangkan pemimpin membuat pekerjaan menjadi efektif. Manajemen berbicara bagaimana sedangkan kepemimpinan berbicara tentang apa dan mengapa kepemimpin melakukan inovasi sementara manjemen menerapkan aturan manajemen berhubungan dengan sistem, kontrol, prosedur, struktur serta kebijakan sedangkan kepemimpinan berbicara tentang manusia dan kepercayaan. Kepemimpinan bersifat kreatif, adaptif dan berhubungan dengan ketangkasan. Kepemimpinan  melihat jauh ke depan dan dari luar organisasi, bukan hanya permukaan dan di dalam organisasi. Secara singkat, ada lima peranan penting seorang pemimpin yaitu:
1.      Menciptakan visi
             Seorang pemimpin bertugas membuat visi untuk organisasinya.Visi harus bisa menyatukan kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dapat memudahkan proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Visi akan membantu pemimpin  dan anggotanya dalam menghadapi tantangan dalam organisasi.
2.      Membangun anggota
             Seorang pemimpin harus dapat memilih orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi yang tepat agar tidak sampai salah memilih anggota, tidak ada salahnya jika pemimpin meluangkan waktu untuk mewawancarai  calon karyawan yang akan di rekrutnya.

3.      Mengalokasikan tugas
             Pemimpin yang baik dapat menganalisa anggota timnya dan menempatkan orang yang mumpuni  pada posisi yang tepat sesuai dengan kompetensinya. Pemimpin yang baik akan mengalokasikan tugas bagi anggotanya sesuai dengan keahlian dan minat mereka masing-masing.
4.      Mengembankan orang
             Perubahan jaman, jika dulu banyak orang yang setia bekerja di suatu tempat selama bertahun-tahun. Tetapi sekarang banyak orang yang tidak ragu untuk pindah dan mencari pekerjaan baru  karena merasa tidak bisa berkembang jika tetap bekerja di suatu tempat. Seorang pemimpin harus memahami hal tersebut dan ia harus pandai membaca potensi orang-orang yang akan dipimpinnnya, serta mengembankan kemampuan dan nilai mereka.
5.      Memotivasi anak buah
             Anggota tim yang bersemangat adalah kekuatan bagi organisasi yang sehat.Untuk menjaga semangat anggota tim, pemimpin harus dapat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya. Jika anggota  bersemangat pasti mau bekerja keras dan berusaha maksimal demi mencapai target dan kesuksesan organisasi.
E.     Pengambilan Keputusan
      Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang pemimpin (manajer). Setiap mengambil keputusan harus bertanggung jawab terhadap resiko atas keputusan yang diambilnya.
Berikut ini beberapa pengertian mengenai pengambilan keputusan menurut beberapa tokoh;


1)      G.R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2)      Theo Haiman
“Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat suatu keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti  penempatan untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah”.
3)      Drs. Malayu S.P. Hasibuan
“Pengambil keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktivitas-aktivitas pada masa yang akan datang”.
      Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses bagaimana menetapkan suatu keputusan yang terbaik, logis, rasional, dan ideal berdasarkan fakta, data, dan informasi dari sejumlah alternatif untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan resiko terkecil, efektif, dan efisien untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang. [6]
Prosedur pengambilan keputusan:
a)      Pemimpin harus mengetahui secara jelas masalah yang akan diputuskan dengan merumuskan dan menganalisisnya secara cermat.
b)      Mengumpulkan data, informasi, dan fakta yang ada relevansinya dengan masalah yang akan diputuskan.
c)      Mengevaluasi dan menganalisis data, informasi, dan fakta yang telah dikumpulkan.
d)     Menetapkan sejumlah alternatif keputusan yang akan diambil
e)      Mengembangkan dan mengimplementasikan alternatif pilihan yang ada.
f)       Memilih keputusan yang terbaik dari alternatif-alternatif  yang ada.
g)      Menetapkan suatu keputusan menjadi tindakan yang efektif dan efisien.
h)      Keputusan harus diinformasikan untuk ditaati dan dilaksanakan menjadi tindakan yang nyata dan mengikat bagi semua anggota.[7]

 IV.            KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
                            A.            Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan  terhadap pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.
                             B.            Menurut Bill  Woods ada tiga gaya kepemimpinan  yaitu; otokratris, demokratis, dan kendali bebas. Selain itu, gaya kepemimpinan berdasarkan  hubunganya dengan bawahan yaitu gaya dengan orientasi tugas dan orientasi karyawan. Gaya kepemimpinan yang ideal adalah menggunakan gaya yang ada sebaik mungkin pada situiasi  yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. Hal ini berarti situasilah yang mungkin menentukan gaya apa yang digunakan, karenanya tidak mungkin menerapkan satu gaya secara konsisten.
                             C.            Sifat-sifat kepemimpinan  yang diperlukan dalam pendidikan antara lain: rendah hati dan sederhana, suka menolong, sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya pada diri sendiri, jujur, adil, dan dapat dioercaya, serta ahli dalam jabatan.
                            D.            Ada lima peranan penting seorang pemimpin yaitu: menciptakan visi, membangun anggota, mengalokasikan tugas, mengembangkan orang dan memotivasi anak buah.
                             E.            Pengambilan keputusan adalah proses bagaimana menetapkan suatu keputusan yang terbaik, logis, rasional, dan ideal berdasarkan fakta, data, dan informasi dari sejumlah alternatif untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan resiko terkecil, efektif, dan efisien untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang .
Adapun prosedur dalam mengambil keputusan yaitu:
a.       Pemimpin harus mengetahui secara jelas masalah yang akan diputuskan dengan merumuskan dan menganalisisnya secara cermat
b.      Mengumpulkan data, informasi, dan fakta yang ada relevansinya dengan masalah yang akan diputuskan
c.       Mengevaluasi dan menganalisis data, informasi, dan fakta yang telah dikumpulkan
d.      Menetapkan sejumlah alternatif keputusan yang akan diambil
e.       Mengembangkan dan mengimplementasikan alternatif pilihan yang ada
f.       Memilih keputusan yang terbaik dari alternatif-alternatif  yang ada
g.      Menetapkan suatu keputusan menjadi tindakan yang efektif dan efisien
h.      Keputusan harus diinformasikan untuk ditaati dan dilaksanakan menjadi tindakan yang nyata dan mengikat bagi semua anggota

    V.            PENUTUP
            Demikianlah makalah ini kami susun. Kami amenyadari bahwa makalah  ini masih menerima upaya penyempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi  kita semua.



[1]  Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002). hlm. 107

[2] M. Ngaliman Purwanto. Administrasi dan Supevisi Pendidika. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1995), hlm. 27
[3]  Saiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung: Alfabeta. 2006).  hlm. 151
[4]  T. Tani Handoko. Manajemen. (Yogyakarta: BPFE. 1992). hlm. 299
 [5] M. Ngaliman Purwanto. Administrasi dan Supevisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1995). hlm. 52
[6]  Malayu Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.  (Jakarta: Bumi Aksara. 2009).  hlm. 54-55
[7]  Malayu Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. (jakarta: Bumi Aksara. 2009). hlm. 61